Sensor Kapal Selam SOSUS Milik TNI AL Jadi Buruan Militer Karena Ampuh Deteksi Kapal Asing di Wilayah NKRI

--
Sekarnews.com – Memiliki persenjataan yang prima, TNI AL sedang memburu teknologi deteksi bawah laut canggih seperti Sound Surveillance System (SOSUS) milik Amerika Serikat.
Yang mana melalui roadmap jangka panjang tersebut, TNI AL menargetkan untuk membangun 35 sistem pengawasan pantai, delapan sistem pengawasan bawah laut, enam pusat komando armada, dan satu pusat komando nasional utama.
Pengadaan ini juga akan mencakup investasi pada teknologi pengawasan jarak jauh, kecerdasan buatan (AI), satelit, serta pusat-pusat fusi informasi yang canggih.
Tak hanya itu, usaha untuk meningkatan teknologi dalam negeri, TNI AL juga menjalin kerja sama internasional. Salah satunya dengan Singapura, yang saat ini memiliki Information Fusion Centre (IFC) paling maju di kawasan Asia Tenggara.
Baca juga: Spesifikasi Dua Kapal Perang Baru Indonesia dari Italia, Kemenhan Gelontorkan Dana Rp20,3 Triliun
Sensor Kapal Selam SOSUS Milik TNI AL Jadi Buruan Militer
Indonesia akan meningkatkan pusat komando TNI AL dengan dukungan teknologi dan pelatihan dari negara tetangga tersebut. Di sisi lain, TNI AL juga berencana menempatkan perwira penghubung di IFC India.
Guna mengatasi kelemahan pengawasan kapal selam asing di perairan strategis Indonesia yang kian rawan. Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Muhammad Ali, menyampaikan bahwa Indonesia masih belum memiliki sistem pengawasan bawah laut permanen berbasis dasar laut.
Dengan kosongnya sistem ini membuat aktivitas kapal selam asing yang melintasi jalur ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia). Bisa berakibat fatal dengan masuknya kapal asing ke wilayah seperti Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makassar, nyaris tak terdeteksi.
Padahal, berdasarkan Konvensi Hukum Laut PBB atau United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). Kapal selam asing diizinkan melintasi ALKI dalam kondisi menyelam.
Baca juga: Telat Bayar Indonesia Tak Jadi Gabung Pengembangan KF-21 Boramae, Cek Dulu Faktanya Sebelum Share
Kondisi ini menciptakan celah besar dalam pertahanan maritim nasional. Terutama dalam mengawasi potensi ancaman tersembunyi dari bawah laut.
Ini menjadi salah satu bagian penting dalam target modernisasi C4ISR (Command, Control, Communications, Computers, Intelligence, Surveillance and Reconnaissance) TNI AL hingga tahun 2044.
Kesiapan kapal perang berada di angka 60,93%, pesawat patroli maritim hanya 23,71%, dan kendaraan tempur Korps Marinir 35,95%.
Ditambah lagi dengan beban utang bahan bakar ke Pertamina yang mencapai USD 191 juta atau setara Rp3 triliun, yang semakin membebani operasional harian.
TNI AL juga telah membuka akses pelatihan dan pangkalan mereka untuk kapal Bakamla.Sebagai bagian dari langkah meningkatkan sinergi pertahanan laut nasional.
Sementara itu Laksamana Ali turut mengapresiasi kemampuan galangan kapal nasional. Termasuk PT PAL, yang saat ini sedang mengembangkan teknologi kapal selam nirawak atau Autonomous Underwater Vehicles (AUV).
Langkah yang ditempuh menunjukkan bahwa industri pertahanan dalam negeri juga didorong untuk ikut berperan dalam memperkuat sistem pertahanan bawah laut Indonesia.
Menarik sekali bukan informasi yang bisa kami rangkum dalam kesempatan kali ini? Untuk kamu yang menggemari topik ini jangan lupa tambahkan situs ini di bookmark kamu agar tak ketinggalan konten menarik lainnya karena kami tak sabar untuk membagikan berbagai hal baru! Terimakasih sudah membaca!