Perhentian IX: Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
Hari semakin panas. Jalan yang menuju puncak Golgota semakin menanjak. Tubuh Yesus yang semakin lemah tidak mampu menahan beban Salib yang berat. Untuk ketiga kalinya Yesus jatuh, Tubuh-Nya terbanting di tanah yang berbatu-batu. Darah kemblai mengucur dari luka-luka-Nya. Dengan sisa tenaga-Nya, Yesus berusaha bangun. Yesus mau menyelesaikan perjalanan sampai ke puncak Golgota.
Baca juga: Daftar 5 Drone Buatan Indonesia, Inovasi Unggul yang Siap Bersaing Skala Internasional!
Cinta-Nya kepada manusia dan ketaatan kepada kehendak Bapa-Nya memberikan kekuatan yang begitu besar kepada Yesus. Beban Yesus semakin berat kalau kita sering jatuh dalam dosa; atau kalau kita menjatuhkan orang lain.
Dengan jatuh dan bangun lagi Yesus mengajar kita untuk tidak putus asa. Kalau kita jatuh dalam dosa, kita bangun lagi. Yesus Tuhan yang maha rahim mengampuni dosa manusia yang belum bebas dari belenggu dosa yang memenjarakan. Tuhan menuntun langkah manusia juga kita mengikuti jalan-Nya; jalan menuju ke hidup yang kekal. Engkaulah Tuhan kami kini dan sepanjang masa.
Saat merasa tertekan, resah dan terbebani dosa, Pemazmur berdoa demikian : “Tuhan Tidak ada yang sehat pada dagingku karena dosaku. Aku tenggelam dalam banjir kesalahanku, sebab beban dosaku terlalu berat bagiku. Aku remuk redam dan kehabisan tenaga, aku merintih karena hatiku resah. Tuhan, Engkau tahu segala keinginanku, keluh kesahku tidak tersembunyi bagi-Mu” (bdk. Mzm 38 : 3-4, 8-9).
Baca juga: Profil dan Spesifikasi Chengdu J-10C, Pesawat Tempur Asal China yang Gagah Taklukkan Rafale Prancis
Dalam surat pertama Petrus tertulis demikian: “Kristus sendiri sudah menderita untuk kita, dan dengan itu Ia memberikan kepada kita suatu teladan, supaya kita mengikuti jejak-Nya. Ia tidak pernah berbuat dosa, dan tidak pernah seorangpun mendengar Ia berdusta. Pada waktu Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki. Sewaktu Ia menderita, Ia tidak mengancam; Ia hanya menyerahkan perkara-Nya kepad Allah, Hakim yang adil itu. Kristus sendiri memikul dosa-dosa kita pada diri-Nya di atas kayu salib, supaya kita bebas dari kekuasaaan dosa, dan hidup menurut kemauan Allah. Luka-luka Kristuslah yang menyembuhkan kita” (bdk. 1Ptr 2 : 21 -24).